Bidang pangan merupakan salah satu industri yang terus
berkembang di Indonesia. Bahkan memegang peranan yang sangat penting bagi
perekonomian di tanah air dan menjadi sumber devisa negara. Bidang pangan kini
tidak lagi disupplay dari sektor pertanian saja. Sektor perikanan sekarang
sudah turut ambil bagian di dalamnya, yakni melalui pengolahan hasil perikanan
menjadi bahan pangan. Keripik belut adalah salah satu contoh produk olahan dari
sektor ini.
Tingginya kandungan protein pada keripik belut serta rasanya
yang banyak digemari, diharapkan mampu menjadi sumber protein alternatif yang
bisa dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu sangat layak
jika usaha keripik belut bisa dikembangkan secara profesional. Selain bisa
mencukupi kebutuhan protein, keripik belut juga bisa dimanfaatkan untuk membuka
peluang bisnis baru bagi masyarakat saat ini.
Daerah di Indonesia yang terkenal sebagai penghasil usaha
keripik belut adalah Godean, Sleman, Yogyakarta. Sejak tahun 1992, daerah
Godean, Sleman sudah terkenal sebagai sentra bisnis keripik belut. Di sepanjang
jalan pasar Godean, sedikitnya ada 50 pedagang keripik belut yang bisa Anda
temukan.
Gurihnya rasa keripik belut merupakan daya tarik tersendiri
bagi para konsumen, baik konsumen lokal maupun dari mancanegara. Tidak
mengherankan jika harga keripik belut cenderung mahal jika dibandingkan dengan
keripik lainnya. Satu kilogram keripik belut harganya bisa mencapai Rp. 75
ribu. Namun demikian fluktuasi harganya bisa dikatakan sangat stabil. Oleh karena
itu omset penjualan dari usaha ini bisa mencapai jutaan rupiah per bulannya.
Sayangnya, pemenuhan bahan baku usaha keripik belut masih
sangat sulit. Hal tersebut dikarenakan minimnya masyarakat yang mau
membudidayakan belut. Akibatnya, kelangsungan bisnis ini masih mengandalkan
stok belut dari hasil pencarian di sawah. Tidak bisa dipungkiri, faktor alam
memang sangat menentukan. Jika musim penghujan tiba, stok belut akan mengalami
peningkatan. Sebaliknya ketika musim kemarau datang, stok belut akan mengalami
penurunan. Akibatnya, harga belut mengalami lonjakan yang cukup signifikan.
Jika sebelumnya satu kilogram belut harganya berkisar antara Rp. 10 ribu-Rp. 15
ribu, di saat musim kemarau harganya bisa naik menjadi Rp. 20 ribu-Rp. 30 ribu
per kilogramnya. Oleh karena itu bagi Anda yang ingin membuka usaha keripik
belut, ada baiknya bekerja sama dengan pihak lain yang bersedia membudidayakan
belut. Dengan cara ini lonjakan harga bisa diantisipasi. Selain itu stok belut
bisa tetap stabil, baik di saat musim penghujan maupun kemarau.
Jika Anda berminat mencoba usaha keripik belut, ada baiknya
menyiapkan branding yang baik termasuk kemasan yang menarik. Sehingga produk
keripik belut Anda bisa cepat dikenal dan dihafal oleh konsumen di antara
sekian merek keripik belut yang ada. Dan yang tidak kalah pentingnya, tentu
saja dalam menjaga kualitas dan cita rasa keripik belut. Untuk bisa menciptakan
rasa yang gurih dan enak memang dibutuhkan ketelatenan dan keahlian khusus.
Adapun dari segi pemasaran, Anda memang harus memahami
analisa pasar dengan baik. Artinya, memetakan daerah pasar yang potensial
maupun pasar yang kurang potensial. Dengan demikian, stok produk yang
didistribusikan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar